Paranoid Personality Disorder Pada Pensiunan Pegawai
KESEHATAN MENTAL
Paranoid Personality Disorder Pada
Pensiunan Pegawai
Disusun Oleh:
Yosua Rulianto
19513515
2PA07
Dosen Pembimbing:
Puti Anggraini
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015
BAB I
Pendahuluan
Masa
pensiun atau usainya periode bekerja pasti akan dialami setiap pegawai dalam
suatu perusahaan baik dibidang apapun. Banyak dari para calon pensiunan mulai
merasakan kecemasan yang berlebihan karena mereka sudah mulai menyadari kapan
waktu mereka akan pensiun. Mereka mulai memikirkan tentang kehidupan
selanjutnya setelah mereka mulai berhenti bekerja. Faktor utama kecemasan
tersebut biasanya didominasi oleh faktor ekonomi. Kecemasan dan ketakutan yang
berlebihan inilah yang akan mengakibatkan timbulnya gangguan psikologis, dan
gangguan psikologis inilah yang akan mengakibatkan kurangnya efektivitas
pekerjaan pegawai tersebut dalam menyelesaikan tugasnya. Menurut KBBI yang
dimaksudkan pensiunan yaitu karyawan
yang sudah pensiun atau orang yang menerima pensiun.
Salah
satu gangguan psikologi yang umum terjadi adalah gangguan psikologis paranoid personality disorder. Sesuai
dengan namanya paranoid tentu
berhubungan dengan kecemasan atau ketakutan. Gangguan psikologis ini akan
timbul secara cepat dalam diri seseorang hanya jika perilaku cemas dan takut
yang berlebihan terus terjadi dalam diri seseorang dan berulang secara terus
menerus.
Individu yang mengalami gangguan kepribadian paranoid selalu
mencurigai orang lain. Orang-orang dengan diagnosis ini merasa dirinya
diperlakuakn secara salah dan dieksploitasi oleh orang lain sehingga
berperilaku misterius dan selalu waspada terhadap tanda-tanda adanya tipu daya
atau pelecehan. Mereka sering kali kasar dan bereaksi dengan kemarahan terhadap
apa yang mereka anggap sebagai penghinaan. Individu semacam itu enggan
mempercayai orang lain dan cenderung menyalahkan mereka serta menyimpan dendam
meskipun bila ia sendiri juga salah. Mereka sangat pencemburu dan tanpa alasan
dapat mempertanyakan kesetiaan pasangan atau kekasih mereka.
Para pasien yang mengalami gangguan kepribadian paranoid
dipenuhi keraguan yang tidak beralasan terhadap kesetiaan orang lain atau bahwa
orang lain tersebut dapat dipercaya. Mereka dapat melihat makna negative atau
ancaman pada berbagai kejadian.
Gangguang kepribadian paranoid paling banyak terjadi pada kaum laki-laki dan paling banyak dialami bersamaan dengan gangguan kepribadian skizotipal, ambang dan menghindar.
Gangguang kepribadian paranoid paling banyak terjadi pada kaum laki-laki dan paling banyak dialami bersamaan dengan gangguan kepribadian skizotipal, ambang dan menghindar.
Penulis tertarik untuk mengangkat kasus ini karena hingga
saat ini kasus gejala psikologis pada para pensiunan terus terjadi tanpa
disadari banyak orang. Selain itu penulis juga tertarik akan efek samping yang
terjadi pada para pegawai paska masa pensiunnya serta bagaimana langkah konkrit
untung membantu mengatasinya serta langkah pencegahannya.
BAB II
Landasan Teori
1.
Definisi
Paranoid Personality Disorder
Orang yang memiliki kepribadian paranoid cenderung terlalu sensitif
terhadap kritik, baik nyata atau dibayangkan.mereka. Mereka mudah marah dan
menyimpan dendam ketika mereka berpikir mereka telah diperlakukan. Mereka tidak
mungkin untuk menceritakan pada orang lain karena mereka percaya bahwa informasi
pribadi dapat digunakan melawan mereka. Mereka mempertanyakan ketulusan dan
kepercayaan dari teman-teman dan rekan.
Senyum atau sekilas dapat dilihat kecurigaan untuk
kepribadian paranoid dengan mencatat berikut diagnostik kriteria: Kepribadian paranoid dapat dipandang sebagai moderat bentuk parah dari
psikopatologi didirikan pada strategi beralih ke diri sendiri, bukan dari yang
lain, sebagai sumber utama perlindungan dan kepuasan.
Ciri-ciri
pusat; kognitif kecurigaan (oversensitivity,
mudah dibuang untuk mendeteksi tanda-tanda permusuhan dan penipuan,
kecenderungan untuk menjemput, memperbesar, dan mendistorsi perilaku orang lain
sehingga untuk mengkonfirmasi harapan mereka);lampiran kecemasan (kebutuhan
untuk menjadi pembuat satu nasib sendiri, bebas dari keterlibatan dan
kewajiban, bahkan lebih, untuk tidak tunduk pada kontrol orang lain atau untuk memiliki kekuatan seseorang
dibatasi atau dilanggar); kewaspadaan defensif (terus-menerus penjaga,
dimobilisasi dan siap untuk ancaman apapun;memelihara tingkat kesiapan tetap,
kewaspadaan yang terhadap kemungkinan serangan dan pengurangan); terselubung
permusuhan (arus kebencian yang mendalam, kepahitan yang karena telah
diabaikan, diperlakukan tidak adil, dan diremehkan oleh orang lain yang berusaha
untuk menipu mereka; hanya selubung tipis menyembunyikan permusuhan ini).
2.
Gejala
Paranoid Personality Disorder
Beberapa gejala yang ditunjukan
dalam gangguan kepribadian paranoid antara lain adalah:
a. Kecurigaan yang sangat berlebihan.
b. Meyakini akan adanya motif-motif tersembunyi dari orang lain.
c. Merasa akan dimanfaatkan atau dikhianati oleh orang lain.
d. Ketidakmampuan dalam melakukan kerjasama dengan orang lain.
e. Isolasi sosial.
f. Gambaran yang buruk mengenai diri sendiri.
g. Sikap tidak terpengaruh.
h. Rasa permusuhan.
i.
Secara terus menerus
menanggung dendam yaitu dengan tidak memaafkan kerugian, cedera atau kelalaian.
j.
Merasakan serangan
terhadap karakter atau reputasinya yang tidak tampak bagi orang lain dan dengan
cepat bereaksi secara marah dan balas menyerang.
k. Enggan untuk menceritakan rahasia orang lain karena rasa
takut yang tidak perlu bahwa informasi akan digunakan secara jahat untuk
melawan dirinya.
l.
Kurang memiliki rasa
humor.
3.
Kriteria Gangguan Paranoid Personality Disorder
Terdapat empat atau lebih dari cirri-ciri
berikut ini dan tidak muncul secara eksklusif dalam perjalanan penyakit
skizofrenia, depresi psikotik, atau sebagai bagian dari gangguan perkembangan
pervasive; juga tidak disebabkan oleh kondisi medis umum :
a.
Kecurigaan yang bersifat pervasive bahwa dirinya
sedang dicelakai, dikhianati, atau dieksploitasi
b.
Keraguan yang tidak berdasarkan terhadap kesetiaan
teman-teman atau para rekanan dan bahwa mereka dapat dipercaya
c.
Enggan mempercayai orang lain karena kriteria di atas
d.
Memberikan makna tersendiri terhadap berbagai tindakan
orang lain yang tidak mengandung maksud apapun
e.
Mendendam atas berbagai hal yang dianggapnya sebagai
kesalahan
f.
Reaksi berupa kemarahan terhadap apa yang dianggapnya
sebagai serangan terhadap karakter atau reputasi
g.
Sama dengan dua kriteria pertama, kecurigaan yang
tidak berdasarkan terhadap kesetiaan pasangan hidupnya atau pasangan seksual
lain
4. Deskripsi Kasus
Seorang pensiunan pengusaha 85
tahun diwawancarai oleh pekerja sosial untuk menentukan kebutuhan perawatan kesehatan
untuk dirinya sendiri dan istri-nya. Pria itu tidak memiliki sejarah pengobatan
untuk gangguan mental. Dia tampak dalam kesehatan yang baik dan mental waspada. Dia dan
istrinya telah menikah selama 60 tahun, dan tampaknya istrinya satu-satunya orang
yang pernah benar-benar terpercaya. Dia selalu
curiga terhadap orang lain. Dia tidak akan mengungkapkan informasi pribadi
kepada siapa pun tetapi istrinya, percaya bahwa orang lain keluar untuk
mengambil keuntungan darinya. Dia menolak
tawaran bantuan dari kenalan lainnya karena ia mencurigai motif mereka. Saat
dipanggil pada telepon, ia akan menolak untuk memberikan namanya sampai ia
menentukan sifat pemanggil bisnis . Dia selalu
melibatkan diri dalam "pekerjaan yang berguna" untuk menduduki nya,
bahkan selama 20 tahun pensiun. Dia menghabiskan banyak waktu pemantauan
investasinya dan telah memiliki hubungan dengan broker saham saat kesalahan
pada laporan bulanannya diminta. Kecurigaan bahwa broker yang berusaha untuk
menutupi transaksi penipuan.
5.
Analisis
Kasus
Dalam kasus tersebut dikaitkan bahwa terlihat jelas
pensiunan tersebut memiliki rasa paranoid yang berlebihan bahkan bisa dikatakan
tidak wajar. Diceritakan ia tidak pernah mengungkapkan informasi pribadi
terhadap orang disekitarnya selain istrinya sendiri, kewaspadaan yang
dimilikinya sudah tidak diwajarkan dan bisa mengakibatkan dirinya terisolasi
dari dunia sosial karena ia terlalu tertutup dengan orang disekitarnya.
Diceritakan pula bahwa ia menjadi sangat waspada karena ia pernah mengalami
peristiwa dimana broker sahamnya pernah melakukan kesalahan pada saat laporan
bulanannya diminta, hal tersebutlah yang membuat dirinya menjadi semakin
waspada dalam dunia investasinya.
BAB
III
Penutup
1. Kesimpulan
Kasus pensiunan tersebut sangat menarik karena hanya
bermula dari hal-hal kecil bisa menimbulkan kewaspadaan yang berlebihan
terhadap lingkungan sosialnya. Ini menunjukan bahwa tingkat kepercayaan sang
pensiunan tersebut sangat amat kurang terhadap orang disekitarnya. Kecemaan dan
kewaspdaan yang berlebihan itulah yang menjadikan pensiunan tersebut mengidap
gangguan psikologis paranoid personality
disorder.
Subyek hanya meyakini bahwa istrinya lah orang yang
dapat dipercaya karena istrinya merupakan pasangan hidupnya dan salah seorang
yang paling dekat dan mengerti akan kondisinya. Segala macam gejala dan ciri
yang terdapat pada gangguan psikologis ini terungkap jelas dalam kasus
pensiunan tersebut sehingga dipastikan dalam kasus ini pensiunan tersebut
mengalami gangguan psikologis paranoid
personality disorder.
Dari kasus ini dapat disimpulkan setiap kecemasan
yang dimiliki seseorang secara berlebihan dan sudah menunjukan perilaku yang
tidak wajar dipastikan itu merupakan gejala dari gangguan psikologis paranoid.
Dan bukan berarti setiap pensiunan akan mengalami gangguan psikologis ini
karena itu semua kembali kepada kepribadian masing-masing individunya.
2.
Saran
Perawatan untuk gangguan
kepribadian paranoid akan sangat efektif untuk mengendalikan paranoia (perasaan
curiga berlebih) penderita, namun hal itu akan selalu menjadi sulit dikarenakan
penderita akan selalu memiliki kecurigaan kepada dokter atau terapis yang
merawatnya. Jika dibiarkan saja maka keadaan penderita akan menjadi lebih
kronis. Perawatan yang dilakukan, meliputi sistem perawatan utama dan juga
perawatan yang berada di luar perawatan utama (suplement), seperti program
untuk mengembangkan diri, dukungan dari keluarga, ceramah, perawatan di rumah,
membangun sikap jujur kepada diri sendiri, kesemuanya akan menyempurnakan dan
membantu proses penyembuhan penderita. Sehingga diharapkan konsekuensi sosial
terburuk yang biasa terjadi dari gangguan ini, seperti perpecahan keluarga,
kehilangan pekerjaan dan juga tempat tinggal dapat dihindari untuk dialami oleh
si penderita.
Medikasi atau pengobatan untuk
gangguan kepribadian paranoid secara umum tidaklah mendukung, kecenderungan
yang timbul biasanya adalah meningkatnya rasa curiga dari pasien yang pada
akhirnya melakukan penarikan diri dari terapi yang telah dijalani. Para ahli
menunjuk pada bentuk perawatan yang lebih berfokus kepada kondisi spesifik dari
gangguan tersebut seperti kecemasan dan juga delusi, dimana perasaan tersebut
yang menjadi masalah utama perusak fungsi normal mental penderita. namun untuk
penanggulangan secara cepat terhadap penderita yang membutuhkan penanganan
gawat darurat maka penggunaan obat sangatlah membantu, seperti ketika penderita
mulai kehilangan kendali dirinya seperti mengamuk dan menyerang orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Gramedia
Pustaka Utama, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, 2008
Hartono, Agung, Pemecahan
Masalah Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta Jakarta, 2006
Soetomo,
Masalah Umum Dunia Kerja: Pustaka
pelajar, 2011