CINTA KASIH MENURUT AGAMA DAN NEGARA
Nama : Yosua
Rulianto
Kelas : 1PA01
NPM : 19513515
A.
PENGERTIAN CINTA KASIH
Menurut kamus umum
bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwa Darminta, cinta adalah rasa sangat suka
(kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat
tertarik hatinya. Kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau
menaruh belas kasihan, dengan demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan,
sehingga kata kasih memperkuat rasa cinta.
B. CINTA KASIH MENURUT AGAMA
1. Agama Islam
Al-Qur’an telah mengungkapkan cinta
alamiah manusia terhadap dirinya sendiri. Diantara gejala yang menunjukan
kecintaan manusia terhadap dirinya sendiri ialah kecintaan yang sangat terhadap
harta, yang dapat merealisasikan semua keinginan dan memudahkan baginya segala
sarana untuk mencapai kesenangan (QS, al-“Adiyat,100:8). Allah ketika member
isyarat tentang kecintaan manusia terhadap dirinya sendiri, seperti yang tampak
pada keluh kesanya apabila ia tertimpa kesusahan dan usahanya yang terus
menerus untuk mendapat kebaikan dalam memberi sebagian karunia yang
diperolehnya, setelah itu Allah memberi pujian kepada orang-orang yang berusaha
untuk tidak berlebihan dalam cinta terhadap diri sendiri dan melepaskan diri
dari gejala gejala itu dengan melalui Iman. Menegakkan shalat, memberikan zakat,
bersedekah pada yang tak mampu, dan menjauhi semua larangannya. Keimanan yang
demikian ini akan bisa menyeimbangkan antara cintanya kepada diri sendiri dan
cintanya kepada orang lain. Dalam surat Al-Qolam ayat 4,maka manusia menaruh
belas kasihan kepada orang lain, karena belas kasihan adalah perbuatan orang
berbudi. Sedangkan perbuatan yang berbudi sangat dipuji oleh Allah SWT.
2. Agama Kristen
Cinta menurut ajaran Kristen adalah
cinta kasih antara sesama dimana kita diajarkan untuk mencintai sesama tanpa
membedakan agama, ras, latar belakang. Dan saling menghargai satu sama lain.
Perintah. Allah yang terutama ia lah:
(Matius 12:29-31) " Cintailah Tuhai Allahmu dengan segenap
hatimu." " Cintailah sesama
manusia seperti dirimu sendiri."
Korintus
13:4. Kasih itu sabar; kasih itu murah hati;
ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
13:5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan
tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan
kesalahan orang lain.
13:6 Ia tidak bersukacita karena
ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
13:7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya
segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Matius
5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu:
Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
3. Agama Buddha
Nikaya Pali juga memuat satu kata cinta
yang berbeda dengan cinta yang telah disebutkan di atas, cinta kasih yang
dipancarkan secara universal (tak terbatas) kepada semua makhluk dan cinta kasih
yang tanpa pamrih, yaitu: Metta.
Metta adalah bagian pertama dari empat
kediaman luhur (Brahma Vihara) atau empat keadaan yang tidak terbatas
(Apamanna). Bagian lainnya, yaitu Karuna (kasih sayang), Mudita (simpatik), dan
Upekkha (keseimbangan batin).
Metta adalah rasa persaudaraan, persahabatan,
pengorbanan, yang mendorong kemauan baik, memandang makhluk lain sama dengan
dirinya sendiri. Metta juga suatu keinginan untuk membahagiakan makhluk lain
dan menyingkirkan kebencian (dosa) serta keinginan jahat (byapada).
4. Agama Hindu
Agama Hindu adalah agama Wahyu dan agama
alami. Oleh karena itu, ia adalah agama Cinta Kasih. Agama yang amat luwes,
agama yang berdasarkan pada Cinta Kasih, agama yang memiliki tujuan Cinta
Kasih, dan juga agama yang dijalankan di dalam Cinta Kasih. Agama Hindu amat
mementingkan pengembangan cinta kasih bukan hanya kepada sesama umat manusia
tetapi kepada sesama makhluk hidup. Cinta kasih kepada sesama anggota keluarga,
kepada sesama umat manusia tidak dipandang sebaga cinta kasih yang istimewa.
Kesadaran bahwa seluruh dunia adalah sebuah keluarga besar sangat membantu
orang untuk mengembangkan cinta kasih universal ini.
Dia adalah puncak cinta kasih di dunia ini,
merupakan landasan penting untuk mengembangkan Prema Bhakti atau cinta kasih
rohani kepada Tuhan yang Maha Esa. Cinta kasih universal dalam beberapa kitab
suci disebutkan sebagai ciri, hiasan dan sifat-sifat agung orang-orang suci
atau para Sadhu. Titiksavah karunikahsuhrdah sarva-dehinamajata-satravah
santahsadhavah sadhu-bhusanah
Ciri-ciri atau hiasan dari seorang Sadhu
atau orang suci adalah ia harus memiliki sifat-sifat senantiasa damai, memiliki
toleransi besar, penuh karunia, bersifat berteman dengan seluruh makhluk hidup,
tidak mempunyai musuh, hidupnya selalu didasarkan pada kitab suci dan segala
kepribadiannya terpuji. Yajur Veda juga menegaskan hal yang sama:mitrasya ma
caksusa sarvani bhutani samiksantamamitrasyaham caksusa sarvani bhutani
samiksemitrasya caksusa samiksyamahe "Semoga semua makhluk hidup melihatku
dengan pandangan sebagai teman, semoga aku melihat semua makhluk hidup dengan
pandangan sebagai seorang teman, semoga kami melihat satu sama lainnya dengan
pandangan sebagai seorang teman."
5. Agama Konghucu
Cinta Kasih universal, tidak terbatas
pada orang tua dan keluarga sedarah belaka, namun juga kepada sahabat,
lingkungan terdekat, masyarakat, bangsa, negara, agama dan umat manusia. Ren bebas dari stigma masa lalu dan tidak
membeda-bedakan manusia dari latar belakang atau ikatan primordialnya. Ren
tidak mengenal segala bentuk diskriminasi atau pertimbangan atas dasar
kelompok. Meski berasal dari satu kelompok, bila seseorang bersalah atau
melanggar Kebajikan, maka bisa saja kita berpihak kepada orang yang berasal
dari kelompok berbeda namun benar-benar berada dalam Kebajikan. Ren dalam pengertian agama Konghucu selalu
didasari pada sikap ketulusan, berbakti, memberi, bukan meminta atau menuntut
balasan dalam bentuk apapun. Namun perlu diingat bahwa Ren tidak berarti
mencinta tanpa dasar pertimbangan baik dan buruk. Dalam salah satu sabdanya
Kongzi mengatakan bahwa “Orang yang berperi-Cintakasih bisa mencintai dan
membenci”. Mencintai Kebaikan dan membenci Keburukan. Balaslah Kebaikan dengan
Kebaikan; Balaslah Kejahatan dengan Kelurusan”. Di sini berarti siapa pun yang
bersalah, harus diluruskan, dihukum secara adil dan diberi pendidikan secara
optimal agar dapat kembali ke jalan yang benar. Setelah berada di jalan yang
benar, kita tidak boleh terkena stigma, menilai atas dasar masa lalu seseorang.
C. CINTA KASIH MENURUT NEGARA
Cinta kasih menurut negara adalah, jiwa ragadan
semanggat kita di tuangkan atau ditujukan kepada negara kita. Tidak hanya
melalui peperangan ataupun pertempuran darah untuk kita dapat mebuktikan
kecintaan kita terhadap negara kita.tetapi kita dapat mebuktikan kecintaan kita
kepada negara dengan cara menunjukan ketertiban kita yaitu melaksanakak aturan
aturan di negera kita di daerah manupun kita tinggal.
Dapat disimpulakan bahwa cinta kasih menurut negara
adalah,kita rela melakukan apa saja demi kemerdekaan dan mempertahankan
kemerdekaan yang sudah kita genggam selama ini. Dan tak lupa kita sebagai warga
negara yang bijak dan taat kita harus melakukan semua kewajiban kita. Dan kita
pun haru menggunakan hak kita sewajarnya sebagai warga negara Indinesia yang baik.
D. CONTOH KASUS
SBY
Beri Gelar Pahlawan Nasional Kepada 3 Tokoh Perjuangan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada tiga tokoh
perjuangan bangsa, Jumat (8/11/2013), di Istana Negara, Jakarta.
Ketiga pahlawan tersebut adalah Kanjeng Raden
Tumenggung (KRT) Radjiman Wedyodiningrat dari Yogyakarta, Lambertus Nicodemus
Palar dari Sulawesi Utara dan Letjen TNI (Purn) Tahi Bonar TB Simatupang dari
Sumatera Utara.
Penganugerahan gelar pahlawan nasional kepada 3
tokoh bangsa ini sesuai dengan Keputusan Presiden (keppres) Nomor 68/TK/tahun 2013,
tertanggal 6 November 2013.
Dikutip dari laman Seskab, Dirjen Pemberdayaan
Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Sosial (Kemensos) Hartono
Laras mengatakan, penetapan tiga pahlawan nasional ini, berdasarkan usulan dari
daerah asal ketiga pahlawan tersebut, kemudian dibahas oleh tim peneliti dan
pengkaji gelar pusat yang ada di Kementerian Sosial.
Dan setelah melakukan penelitian dan pengkajian
secara mendalam maka Mensos mengusulkan kepada Presiden melalui Dewan Gelar
Tanda Kehormatan yang dikoordinasikan Menkopolhukam.
"Dewan tersebut yang merekomendasikan kepada
Presiden. Kemudian Presiden menetapkan tiga pahlawan ini. Penganugrahan
pahlawan nasional tersebut diberikan dalam rangka peringatan Hari
Pahlawan," ujar Hartono.
Hartono Laras juga menjelaskan, dengan ditetapkan
tiga pahlawan nasional tersebut maka jumlah pahlawan nasional total berjumlah
159 orang. Dari jumlah pahlawan nasional tersebut, sebanyak 33 pahlawan
nasional dari unsur Kepolisian dan Polri.
"Tiga pahlawan nasional yang sudah almarhum ini
akan mendapat haknya yaitu pemugaran pemakamannya dan rehabilitasi rumah.
Selain itu janda pahlawan akan diberikan bantuan kesehatan Rp 3 juta pertahun
dan tunjangan hidup Rp 1,5 juta setiap bulannya," ungkap Hartono.
Diketahui, Radjiman Wedyodiningrat yang lahir di
Yogyakarta pada 21 April 1879 merupakan salah satu tokoh pendiri Republik
Indonesia. Ia merupakan Ketua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI).
Sementara Lambertus Nicodemus Palar (LN Palar) yang
lahir pada 5 Juni 1900 di Rurukan, Tomohon, Sulawesi Utara, tercatat
pernah menjabat sebagai wakil Republik
Indonesia dalam beberapa posisi diplomatik di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Sedangkan TB Simatupang, yang lahir pada 28 Januari
1920, di Sidikalang, Sumatera Utara, merupakan tokoh militer Indonesia. Dalam
masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, Simatupang turut berjuang melawan
penjajahan Belanda.
TB Simatupang diangkat menjadi Wakil Kepala Staf
Angkatan Perang RI (1948-1949) dan kemudian dalam usia yang sangat muda ia
menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Perang RI (1950-1954).
Pada tahun 1954-1959, TB Simatupang diangkat sebagai
Penasihat Militer di Departemen Pertahanan RI. TB Simatupang kemudian
mengundurkan diri dengan pangkat Letnan Jenderal dari dinas aktifnya di
kemiliteran karena perbedaan prinsipnya dengan Presiden Soekarno pada waktu
itu.
E. PEMBAHASAN
Dari contoh kasus di
atas, bisa kita lihat bahwa cinta tidak memiliki batas. Cinta bisa kepada
siapapun. Namun, cinta yang mendasarkan adalah cinta kepada Tuhan dan cinta
kepada orang tua. Cinta juga tidak memandang perbedaan. Contoh di atas adalah
contoh mengenai cinta kepada negara. Begitu besarnya cinta para pahlawan
sehingga rela berkorban demi menggapai kemerdekaan. Para pahlawan tidak
memandang siapapun temannya dalam perjuangan, dari suku mana ataupun dari agama
mana, mereka semua bersatu untuk memperebutkan kemerdekaan Indonesia.
SUMBER